Thursday, May 22, 2014

Ndherek Dewi Maria



NDèrèk Dewi Maria, tamtu geng kang manah.
mBoten yèn kuwatosa, ibu njangkung tansah.
Kanjeng Ratu ing swarga amba sumarah samya.
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana,
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana.

Nadyan manah getera, dipun goda sètan,
nanging batos èngetnya, wonten pitulungan.
Wit Sang Putri Maria, mangsa tèga anilar.
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana,
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstunana.

Menggah saking apèsnya ngantos kèlu sètan.
mBoten yèn ta ngantosa klantur babar pisan.
Ugeripun nyenyuwun Ibu tamtu tetulung.
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstonana,
Sang Dewi, Sang Dewi mangèstonana.

Tuesday, May 13, 2014

BKL dalam Doa Rosario Lingkungan Mei 2014

Doa Rosario Lingkungan Pius 12 Panjangan Semarang dimulai hari Kamis, 1 Mei 2014. Sebelum doa, seperti umat di lingkungan lain di Keuskupan Agung Semarang, pemimpin doa memulainya dengan membacakan renungan yang sudah disiapkan dalam bentuk buku renungan oleh Komisi Liturgi KAS.

Tema renungan berjumlah 31 sesuai dengan jumlah hari di bulan Mei. Bulan Mei ini juga memasuki Bulan Katakese Liturgi (BKL) dengan tema Formatio Iman dalam Liturgi. Tema ini searah dengan program KAS dalam melanjutkan gerak Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 yang secara khusus pada tahun ini seluruh upaya difokuskan pada penyelenggaraan formatio iman atau pendalaman iman secara berjenjang dan berkelanjutan.


Pada renungan hari ke 12 - 15 tema yang diusung adalah mengenai Bahasa yang berbeda dalam ekaristi dan misa inkulturasi. Pak Dimas bertugas memimpin doa pada hari itu. Setelah membaca renungannya dan berbagi pengalaman ataupun berkomentar mengenai tema tersebut, disimpulkan bahwa apapun bahasa dan bagaimanapun bentuk pencitraan budaya lokal pada waktu misa hendaknyalah tidak menyurutkan niat kita untuk memaknai arti perayaan ekaristi yang sejatinya sebagai panggilan Tuhan Yesus sendiri untuk secara bersama bersyukur dan berdoa dalam namaNya.

Disaat bercerita, Pak Hartantyo sebagai sesepuh di lingkungan kami, menceritakan bagaimana di masa kecilnya dulu beliau sering mengikuti misa dalam Bahasa Latin dengan lagu lagu yang bergenre Gregorian yang khas dengan bitnya yang sangat mendayu-dayu yang saat ini jarang ditemukan di gereja kami, selain sebuah biara di pelosok daerah Wonosobo. Ada pertanyaan dari Adik Dipta: Bahasa Latin itu apa?


Berikut kami sajikan link yang bisa diklik untuk melihat bagaimana lagu-lagu gereja dinyanyikan dalam bahasa asalnya yaitu bahasa Latin.

Asperges Me (= Percikilah Aku) Tobat cara 4 sesuai antifon Mzm 51:9. Maksudnya mengingatkan kita akan permandian dan akan perlunya tobat, pembersihan hati, dari dosa yang kita lakukan sesudah permandian. Cara ini cocok digunakan pada hari Minggu atau hari Raya terutama masa Paskah.
Asperges Me - Percikilah Aku:


Tantum Ergo - adalah bait terakhir dari hymne Pange Lingua Gloriosi, dinyanyiakan untuk mengiringi pentahtaan Sakramen Mahakudus. Biasanya dinyanyikan di gereja pada hari Kamis Putih.
Tantum Ergo - Pentahtaan biasanya Kamis Putih:

 
Kyrie - lengkapnya Kyrie Elleison diterjemahkan Tuhan Kasihanilah Kami.

Kyrie - Tuhan Kasihanilah Kami:

Regem cui omnia vivunt - mengiringi misa requiem untuk menghantar jenasah pada tempat peristirahatan terakhir. Regem Cui Omnia Vivunt - Iringan misa Arwah:

 Sanctus - Kudus :

 Agnus Dei - Anak Domba Allah:

 

Stabat Mater - Via Dolorosa - untuk mengiringi Jalan Salib, kisah sengsara Tuhan kita Yesus Kristus Via Dolorosa - Jalan Salib:



 

Credo - Aku Percaya

 

Pater Noster - Bapa Kami 

 

Ave Maria - Salam Maria 

 

Gloria Patri - Kemuliaan

 

Angelus - Malaikat Tuhan 

 

Magnificat - Nyanyian Pujian Maria: